Berbicara mengenai manusia memang tidak akan pernah ada habisnya.
Manusia adalah hewan yang sempurna, tapi tak mau dikelompokkan dalam hewan
karena manusia memiliki satu hal yang istimewa, yaitu akal. Dengan akal manusia
bisa berpikir, tidak hanya sekadar berpikir tapi berpikir yang dinamis, yang
bisa mengembangkan segala hal untuk kehidupan. Kalau hanya sekadar berpikir pun
hewan bisa membangun rumah/tempat tinggal, bisa mencari makan, bisa mempertahankan
diri. Tapi kita sadari bersama bahwa hewan tidak bisa menciptakan tempat
tinggal yang selalu berkembang, anti badai, anti panas, dsb. mereka hanya bisa
membuat rumah yang itu-itu saja. Akan tetapi berbeda dengan manusia yang
dibekali kesempurnaan akal, manusia bisa segalanya.
Akal manusia yang demikian istimewanya, terkadang membuat manusia
bingung atas eksistensi dirinya, keberadaannya di dunia, apa tujuannya, dan
mengapa manusia ada di dunia ini. Seperti halnya diciptakannya sebuah Handphone
atau Smartphone yang kita kenal saat ini. Manusia menciptakan handphone karena
bertujuan ingin mempermudah dalam komunikasi, lebih murah, dan lebih efektif
dalam pertukaran pesan. Hal ini karena sebelum ada telepon/handphone, terkadang
pertukaran pesan sangat lama dan tidak terjaga kerahasiaannya. Sehingga telepon
sebagai sarana menjawab masalah manusia dalam hal komunikasi. Segala sesuatu
yang diciptakan, pasti memiliki tujuan dan tidak mungkin suatu hal diciptakan
aorientasi, sekecil apapun bendanya misal peniti, semut, kancing baju, virus,
dsb. Begitu halnya sama dengan manusia, pasti ada latar belakang dan tujuan
mengapa manusia hidup di dunia.
Dengan dikaruniai akal, manusia berusaha untuk memecahkan misteri itu.
Misteri yang sudah diteliti oleh para filsuf pada saat sebelum masehi, sampai
saat ini meskipun sudah ada yang mengklaim menemukan, tapi seakan masih
membingungkan umat manusia. Apakah ide itu benar ? tapi kok gitu ya ?. Untuk
menjawab permasalahan itu, banyak dari para peneliti mencoba untuk memahami hakikat
dari manusia itu. Peneliti hendak mencari tujuan manusia diciptakan melalui
pengamatan terhadap manusia itu sendiri. Sama halnya dengan kita hendak
mengetahui tujuan adanya bolpen itu untuk apa, maka kita teliti saja bolpen itu
apa fungsi-fungsinya.
Sebenarnya Ide mengenai konsep hakikat manusia secara garis besar
dibedakan menjadi dua. Golongan pertama
yang memahami bahwa manusia itu istimewa, maka keistimewaan manusia itulah
menjadi tujuan diciptakan manusia. Maka segala hal yang baik adalah dikembalikan
pada masing-masing individu manusia. Golongan kedua meyakini bahwa manusia tidak hidup sendiri, maka
diorientasikan untuk memberikan yang terbaik bagi sesama manusia. Tidak perlu
bingung, kalau diringkas Golongan pertama
menganggap bahwa manusia adalah makhluk individu (Individualisme) dan Golongan kedua menganggap bahwa manusia adalah
makhluk sosial (sosialisme).
Individualisme merupakan ide yang pertama muncul untuk membela
kebermartabatan manusia mengenai eksistensi kedirian dirinya. Ide mengenai Indiviidu
sebagai tujuan manusia diciptakan menekankan pada kebebasan manusia dalam
segala hal. Dalam hal berpendapat, menentukan pilihan, memenuhi kebutuhan
dasar, dsb. penekanan untuk dikembalikan kepada diri manusia didasari dari
pemahaman bahwa manusia adalah makhluk istimewa yang memiliki akal yang tentu
rasional dalam menentukan pilihan, sehingga pilihan yang dipilih untuk dirinya
sudah pasti mempertimbangkan variabel kedirian dan pasti hasilnya adalah yang
terbaik bagi individu itu sendiri. kalaupun ada kekeliruan dalam menentukan
pilihan, ini tidak menjadi suatu masalah karena dengan akalnya manusia akan
evaluatif dan menentukan yang terbaik ketika menemui masalah yang hampir sama.
Tentu pilihan masing-masing individu harus dihargai, karena pilihan itu
berdasarkan pada masing-masing individu yang satu dengan individu yang lain
pasti berbeda. Secara umur, watak, lingkungan, kepribadian, bakat, minat, dll.
tentu sangat berbeda. Sekalipun orang itu kembar identik, berdasarkan
penelitian pasti memiliki perbedaan kebutuhan dan kepentingannya. Sehingga
dalam hal ini, Hakikat manusia sebagai makhluk individu harus diperjuangkan.
Bahkan dalam tulisan Rizal Mallarangeng dalam bukunya, Membela Kebebasan,
Menyatakan bahwa manusia tidak perlu munafik melupakan kepentingan pribadi
individunya demi mementingkan sosial, karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk berkepentingan. Dalam sosial pun, Ia akan mementingkan kepentingan
pribadinya dibandingkan dengan kepentingan bersama. Sehingga ini merupakan
fitrah yang harus dibela dan dipertahankan oleh semua orang, tidak perlu
mempertimbangkan variabel sosial ataupun kepentingan bersama.
Bertolak belakang dengan Individualisme, Sosialisme memandang bahwa
manusia secara tujuan eksistensinya adalah untuk mementingkan kepentingan
bersama sehingga timbul masyarakat yang baik. Hal ini karena manusia sebagai
individu tidak akan mampu hidup seorang diri dalam pemenuhan kebutuhan,
sehingga kepentingan sosial bersama harus diutamakan karena bila ini diingkari
maka kebutuhan manusia tidak akan terpenuhi. Pandangan ini sebenarnya berkaitan
dengan perlawanan Karl Marx didukung oleh pencetus awal sosialisme utopis yaitu
Robert Owen terhadap Liberalisme yang menerapkan Individualisme menyebabkan
penindasan terhadap manusia. Sehingga pandangan mengenai Individualisme ini
dianggap keliru dan harus diganti dengan hal yang sebaliknya, dari individu
menjadi sosial. ini berkaitan dengan pandangan kaum sosialis dengan paradigma
materialisme dialektika. Semua yang menyebabkan kerusakan di dunia harus
dilawankan dengan hal yang sebaliknya. Pandangan manusia sebagai makhluk sosial
ini menjadikan pandangan individualisme manusia menjadi gugur, hak-hak dasar
manusia tidak boleh diakui lagi keberadaannya karena akan menggangu tercapainya
tujuan masyarakat yang mementingkan kepentingan bersama. Ini harus
diperjuangkan, karena ketika nilai ini tidak disebarkan maka tercapainya
cita-cita sosialisme tidak akan tercapai.
Dua golongan ini yang menjadi dominasi kekuatan bagi pandangan hakikat
manusia di dunia saat ini. Bagi mereka tidak ada jalan tengah, tidak ada
keinginan menemukan jalan kebenaran bersama, masing-masing tentu menginginkan
agar pandangannya lah yang diterima dan diterapkan dalam setiap masyarakat di
dunia. (ZA/12)
0 komentar:
Posting Komentar